Masalah Transportasi Di
Indonesia
Permasalahan transportasi khususnya
transportasi darat di Indonesia cukuplah kompleks, karena transportasi
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul di
satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Namun
permasalahan transportasi yang terjadi di Indonesia terjadi hampir di setiap
jaringan atau unit-unit hingga unit terkecil dari sistem tersebutpun memiliki
masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
masalah-masalah pada transportasi darat di Indonesia sangat beragam, antara
lain ledakan penduduk, tingginya kendaraan bermotor, kurangnya kesadaran
masyarakat, serta lemahnya birokrasi dari pemegang kekuasaan sistem birokrasi.
1.
Ledakan penduduk
Ledakan penduduk selalu menjadi isu yang
dikaitkan dengan berbagai permasalahan yang ada pada suatu wilayah. Hal ini
dikarenakan ledakan penduduk akan meningkatkan tingkat kebutuhan masyarakat,
termasuk kebutuhan transportasi. Penduduk akan melakukan mobilitas setiap
waktunya, mobilitas yang dimaksud tidak hanya sekedar perpindahan dari satu
tempat ke tempat yang lain, namun mobilitas disini lebih ditekankan pada
mobilitas yang dimaksudkan adalah pergerakan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan hidup. Contoh dari mobilitas yang memerlukan transportasi adalah
usaha. Manusia melakukan pekerjaan yang akan menghasilkan suatu produksi, untuk
mencari bahan baku dari sesuatu yang akan ia olah, manusia akan pergi ke suatu
titik dimana ia akan mendapatkan bahan baku tersebut, dan bahan-bahan tersebut
tidak berada di satu tempat, bahan-bahan tersebut pastilah berada di beberapa
lokasi yang berbeda sehingga untuk mengaksesnya diperlukan alat transportasi.
Begitu pula ketika barang tersebut sudah diolah, maka manusia perlu memasarkan
barang tersebut agar ia mendapatkan laba, untuk memasarkan barang dagangannya,
manusia juga mememrlukan alat transportasi.
Singkat kata, ledakan penduduk akan memicu peningkatan kebutuhan akan alat
transpirtasi atau fasilitas transportasi.
2. Masalah Transportasi
Darat
Sistem dan fasilitas trasnportasi memang
diakui banyak pihak telah membawa dampak yang cukup berarti dalam kehidupan
manusia dari waktu ke waktu, namun tidak dapat dipungkiri bahwa seiring
perkembangannya, transportasi juga membawa masalah-masalah dari setiap
pergerakannya.
A. Polusi
Salah satu hasil dari sistem transportasi
yang tidak diinginkan adalah polusi yang ditimbulkan. Polusi disini lebih
dominan oleh polusi udara. Menurut data jasa raharja tahun 2007, transportasi
merupakan penyumbang emisi sebanyak 23,6% , penyumbang emisi yang lain adalah
dari sector industri, pembangkit tenaga, sector rumah tangga serta dari sektor
komersial.
Transportasi darat turut menyumbang sebagian besar dari angka 23,6%
tersebut, hal ini kembali ke pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya yaitu
karena dominasi aktifitas transportasi berada di darat. Tingginya angka emisi
yang ditimbulkan oleh transportasi darat dikarenakan beberapa faktor seperti:
1.
Tidak ada kebijakan yang mengontrol sistem emisi transportasi
2.
Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor yang seharusnya wajib dilakukan
secara berkala tidak berjalan dengan efektif
3.
Kualitas BBM yang rendah
4.
Kesadaran masyarakat tentang bahaya emisi serta upaya dari tiap-tiap
individu untuk menguranginya masih rendah
5.
Tingginya mobilitas manusia di darat
6.
Tingginya penggunaan kendaraan bermotor
7.
Rendahnya kualitas angkutan umum
Permasalahan polusi udara layaknya ditangani dengan optimal karena kondisi
bumi saat ini yang sudah hampir mencapai ambang batas, dimana lingkungan tidak
lagi mampu mememnuhi semua kebutuhan manusia. Efek paling buruk dari emisi
transportasi ini adalah meningkatkan resiko pemanasan global dan kerusakan
ozon.
Lapisan ozon yang
berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung
alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B
dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi
secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Transportasi merupakan penyumbang CFC yang cukup besar sehingga memiliki
sumbangsih yang besar dalam hal kerusakan ozon.
Masalah lain yang timbul akibat polusi udara adala terganggunya kesehatan
masyarakat. Tingginya dominasi transportasi yang ada di darat dengan banyaknya
masuia yang berada di lokasi sekitar aktifitas trasnportasi membuat masyarakat
menghirup udara yang terkontaminasi dengan limbah bahan bakar kendaraan. Hal
ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena bisa menyebabkan
penyakit pernafasan, termasuk diantaranya asma, bronchitis serta penyakit
pernafasan lainnya.
Bentuk polusi yang lain yang cukup mengganggu dan mungkin berbahaya secara
fisis maupun psikis adalah kebisingan udara. Ini adalah hasil yang tidak
diinginkan dari setiap pergerakan. Masalah ini sering terjadi di jalan-jalan
dimana kendaraan beroperasi dengan kecepatan yang tinggi atau
kendaraan-kendaraan yang memodifikasi alat pembuangannya hingga menimbulkan
suara yang cukup keras.
B.
Konsumsi Energi
Menurut data dari jasa raharja pada tahun
2007, Ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil akan naik, dari 69% tahun
2002 menjadi 82% tahun 2030. Secara keseluruhan, kebutuhan energi diproyeksikan
bisa tumbuh 2,7% per tahun dalam kurun 2002-2030. Karena kebutuhan energi
sektor transportasi naik 3,8% per tahun, minyak terus mendominasi campuran
bahan bakar, yaitu 38% dari total kebutuhan tahun 2030. Padahal, cadangan
minyak semakin kecil.
Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar
fosil. Jika eksploitasi terus berjalan dengan angka saat ini, diperkirakan
sumber energi ini akan habis dalam setengah abad mendatang. Krisis energi yang
terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewabel
disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Hal tersebut
mengakibatkan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini memicu
kenaikan biaya hidup dan naiknya biaya produksi. Oleh karena itu perlu
dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat renewable
(terbaharukan).
Permasalahan energi di Indonsia sama seperti yang dihadapi dunia. Jika
tidak ada penemuan ladang minyak dan kegiatan eksplorasi baru, cadangan minyak
di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 18 tahun
mendatang. Sementara itu, cadangan gas cukup untuk 60 tahun dan batu bara
sekitar 150 tahun. Kapasitas produksi minyak Indonesia mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan dekade 1970-an yang masih sekitar 1,3 juta barel per hari.
Kini, kapasitas produksi minyak Indonesia hanya 1,070 juta barel per hari.
Disamping karena lapangan yang sudah tua, penurunan kapasitas produksi
minyak mentah Indonesia juga karena penemuan cadangan minyak baru yang terus
menurun. Hal tersebut juga menyebabkan Indonesia menjadi negara pengimpor
minyak mentah sampai sekarang. (Yakinudin:2010)
Tingginya kebutuhan bahan bakar minyak dapat memperparah kondisi krisis
energi dunia yang kini sudah mulai menjadi perbincangan. Ketika krisis energi
terjadi, maka hal ini akan menimbulkan kelangkaan BBM yang kemungkinan akan
mempengaruhi harga BBM di pasaran, tentu hal ini akan semakin menyusahkan
masyarakat Indonesia yang didominasi oleh kalangan menengah ke bawah, karena
belajar dari pengalaman yang sudah terjadi, kenaikan harga BBM akan
mempengaruhi harga kebutuhan rumah tangga lainnya.
C. Lahan dan Estetika
Banyaknya urbanisasi dari desa ke kota
yang terjadi di Indonesia menjadikan pengembangan kapasitas transportasi
perkotaaan sebagai hal yang harus segera dipenuhi. Pengembangan tersebut tentu
memerlukan lahan tambahan dan biasanya dalam bentuk jalan bebas hambatan
ataupun lintas transit cepat. Tanah untuk transportasi darat harus tersedia
sebagai jalur yang menerus dengan lebar minimum tertentu dan untuk
sarana-sarana yang berkapasitas tinggi seperti di daerah perkotaan biasanya
perlu dihindarkan dari gangguan lalu lintas yang ingin menyebrang, sehingga
perlu mempertinggi ataupun memperendah elevasi jalur tadi pada lokasi-lokasi
tertentu. Ini mengakibatkan timbulnya penghalang-penghalang untuk menghindari penyebrangan
di sarana trasnportasi yang baru tadi. Penghalang-penghalang itu juga akan
mengganggu kehidupan bertetangga, akan banyak rumah dan keluarga yang harus
dipindahkan, yang menimbulkan masalah sosial dan ekonomi tersendiri. Sarana
baru tersebut setelah dibangun mungkin akan memiliki nilai estetika yang rendah
sehingga areal sekitarnya mungkin kurang cocok lagi untuk dihuni. Hainim (1985
: 64).
Transportasi darat di perkotaan mengalami masalah serius akibat tingginya
angka migrasi dari desa ke kota, hal ini disebabkan kesenjangan antara
fasilitas sarana dan prasarana transportasi di desa dan di kota yang sangat
berbeda, sehingga mendorong migrasi desa-kota. Peningkatan jumlah penduduk yang
ada di kota tersebut meningkatkan juga angka kebutuhan akan fasilitas
transportasi baik sarana maupun prasarana. Peningkatan kapasitas jalan tentu
akan dilakukan untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan-permasalahan lebih
lanjut akibat hal ini, namun peningkatan kapasitas jalan juga menimbulkan
masalah baru, yaitu berkurangnya ruang publik.
Pelebaran jalan karena kebutuhan akan luasan jalan yang lebih lebar
meningkat tentu sangat dibutuhkan, namun dalam hal ini adan mengganggu pola
guna lahan yang ada di sekitarnya, seperti halnya penggeseran bangunan rumah
atau bangunan sarana akibat pelebaran jalan, tentu hal ini akan merugikan
warga.
3. Kemacetan
Kemacetan merupakan salah satu masalah
yang dinilai paling mengganggu kenyamanan pengguna transportasi darat,
kemacetan dapat mengurangi efektifitas kerja maupun kegiatan masayarakat,
memperlambar manusia untuk melakukan katifitas.
Kemacetan lalu-lintas di jalan raya disebabkan ruas-ruas jalan sudah tidak
mampu menampung luapan arus kendaraan yang datang serta luasan dari jalan
tersebut tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang melintas. Hal ini terjadi,
juga karena pengaruh hambatan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan
ruas jalan,
seperti: parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan,
pangkalan becak dan angkutan umum, kegiatan sosial yang menggunakan badan
jalan, serta adanya masyarakat yang berjalan di badan jalan. Selain itu,
kemacetan juga sering terjadi akibat manajemen transportasi yang kurang baik,
ditambah lagi tingginya aksesibilitas kegunaan lahan di sekitar sisi jalan
tersebut.
Kemacetan lalu lintas juga seringkali disebabkan rendahnya tingkat
kedisiplinan pengguna jalan, misalnya parkir di badan jalan, angkutan umum yang
sering berhenti di sembarang tempat, kendaraan-kendaraan yang enggan rapat kiri
ataupun kendaraan-kendaraan yang membelok di sembarang tempat. Ledakan jumlah
kendaraan bermotor juga merupakan faktor kuat terjadinya kemacetan di
Indonesia, bila dibandingka dengan negara-negara tetangga, Masyarakat Indonesia
terbilang enggan untuk jalan kaki untuk menempuh perjalanan rute pendek, mereka
lebih memilih menaiki kendaraan bermotor meski jarak perjalanan yang ia tempuh
tidak terlalu jauh, hal ini dikarenakan rendahnya fasilitas pedestrian yang
ada.
Kemacetan juga menurunkan kualitas suatu wilayah di mata negara-negara
lain, angka keacetan yang tinggi bisa menurunkan minta pariwisata untuk
melakukan perjalanan di negara tersebut. Kemacetan merupakan momok bagi sistem
transportasi, kemacetan terjadi karena banyak faktor dan menimbulkan bebragai
permasalahan baru, singkat kata, sitem transportasi membutuhkan sistem yang
terintegerasi dengan baik.
Setiap individu maupun pihak sebagai elemen warga Indonesia harus sadar
bahwa persoalan kemacetan lalu-lintas yang dialami hampir semua warga kota
dapat berakibat destruktif terhadap kehidupan bermasyarakat. Bila tidak terasa
hasil upaya nyata dalam mengatasi persoalan ini, masyarakat bisa kehilangan
kepercayaan kepada pemerintahnya, bisa terjadi degradasi perilaku sosial yang
tidak diinginkan, dan sangat jelas akan terjadi kemerosotan produktivitas dari
tiap-tiap elemen tersebut. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
serta pembuat keputusan harus mulai bekerja lebih optimal dan tegas dalam
mengatasi masalah transportasi di Indonesia, khususnya yang sudah menjadi
perbincangan khalayak umum, kemacetan.
4. Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut data badan pusat statistik tahun
2008, ada 59,164 ribu kejadian kecelakaan lalu lintas, dengan 20,188 korbannya
meninggal dunia, 23,440 ruka berat dan 55,731 luka ringan. Sedangkan
kerugiannya mencapai Rp.131,207 Juta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan lalu lintas terutama di darat
sangatlah beragam, mulai dari faktor pengemudi, faktor kendaraan dan faktor
cuaca
a. Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan
faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan
didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi
karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku
ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak
tahu.Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan
ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu
lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan
mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing
untuk balapan di jalan umum.
Banyaknya kasus kecelakaan darat selama ini dikarenakan supir kendaraan yang
mengantuk saat mengemudi, hal ini biasanya terjadi pada kendaraan-kendaraan
yang muatannya berupa barang, seringkali kendaraan tersebut melakukan
perjalanan di malam hari dengan menempuh rute yang cukup jauh sehingga
diperlukan kondisi tubuh yang baik.
Kecelakaan lalu lintas akan meningkat seiring dengan peningkatan pergerakan
manusia, semisa adalah momen hari raya Idul Fitri, dimana budaya masyaakat
Indonesia adalah mudik atau pulang ke kampung asalnya, karena banyaknya
masayarakat Indonesia yang bekerja atau tinggal di luar daerah asalnya, maka
perpindahan atau pergerakan itu sangatlah tinggi, hal ini meningkatkan resiko
keelakaan. Resiko kecelakaan lalu lintas darat di momen Idul Fitri ini biasanya
terjadi akibat supir kelelahan, melamun ataupun kondisi jaringan jalan yang
kurang baik dan tidak dapat mengimbangi peningkatan jumlah pengguna jalan
sehingga terjadi kecelakaan lalu lintas.
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan terkadang
tidak diikuti dengan kesadaran pengguna jalan untuk mentaati rambu-rambu lalu
lintas atau saling menghormani sesama pengguna jalan, padahal contoh kejadian
kecelakaan yang merenggut nyawa sudah sering diberitakan di media masa.
Ketidakdisiplinan dari pengguna jalan ini tentu dapat membahayakan pengguna
jalan yang lain, manusia tidak akan tau apakah ia akan mengalami kecelakaan
lalu lintas sebagai korban yang ditubruk atau menjadi tersangka penabrakan.
b. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering
terjadi adalah ban pecah,
rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi
yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi
faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu
adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Pengujian kendaraan bermotor secara regular merupakan hal wajib yang
seharusya dilakukan setipa pemilik kendaraan bermotor apakah kendaraannya masih
layak jalan. Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit PKB dan
pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh pemerintah,
bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan akan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk
akan diberi tanda uji. Pada pengujian
berkala, hal yang akan diuji adalah :
1.
sistem pengereman dan daya pengereman
2.
Lampu-lampu dan daya pancar lampu utama
3.
Emisi gas buang
4.
Sistem kemudi beserta kaki-kakinya
5.
Speedometer
Apabila kinerja pejabat yang menguji kendaraan bermotor masyarakat ini
bereja dengan baik dan jujur, pastinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
oleh alat transportasi pasti bisa ditekan, namun masalah rendahnya kinerja
birokrasi dimana masih bisa ditemukan celah-celah untuk melakukan aksi tidak
jujur dari pada oknum birokrat selama ini. Selain itu, masyarakat juga tidak
patuh dengan ketentuan tersebut dan mereka kurang berminat atau bahkan tidak
mau meluangkan waktu untuk menguji kelayakan jalan kendaraan bermotor mereka.
c. Faktor Cuaca
Hari hujan juga mempengaruhi kinerja
kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih
licin, jarak pandang juga terpengaruh
karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
Angka kecelakaan yang cukup tinggi di Indonesia sungguh disayangkan karena
kecelakaan lalu lintas menimbulkan korban secara materil maupun korban
hilangnya nyawa seseorang yang berdampak sosial pada keluarga atau sanak
saudara, semisal kepala keluarga yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,
maka kemungkinan besar keluarga dari orang tersebut akan kehilangan pemasukan
dan terancam mengalami penurunan kualitas hidup. Kecelakaan lalu lintas umumnya
terjadi di darat karena jumlah moda transportasi di darat yang lebih banyak
dari pada di laut maupun udara namun sistem perencanaan serta penanganannya
masih jauh dari harapan.
Angka kecelakaan mencerminkan kualitas managemen transportasi yang ada di
dalam suatu wilayah, bagaimana pengaturan jalan raya, pengawasan peraturan lalu
lintas yang ditepakan serta bagaimana sistem tersebut menjamin semua jaringan
transportasi bisa berfungsi dengan baik agar tidak membahayakan penggunanya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem transportasi, managemen
transportasi, jaringan transportasi belum bisa dikatakan baik karena angka
kecelakaan lalu lintas serta kerugian yang ditimbulkannya masih cukup tinggi.
Kelalaian dari aparat pengendali juga sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas
terutama darat, semisal ada masyarakat yang tidak menggunakan helm di jalan
raya, terkadang polisi lalu lintas acuh atau tidak peduli.
Pola pengaturan atau penataan jaringan jalan juga dapat menjadi faktor
penyebab kecelakaan lalu lintas darat, jalan yang berlubang ditambah dengan
kurangnya fasilitas transportasi contohnya lambu penerangan jalan, maka resiko
kecelakaan cukup tinggi.
5. Rendahnya Kualitas
Transportasi
Rendahnya kualitas Transportasi di
Indonesia ditandai dengan timbulnya masalah-masalah transportasi yang saling
mempengaruhi satu sama lain, faktor-faktor penyebab rendahnya kualitas
transportasi di Indonesia juga disebabkan oleh berbagai faktor dan masalah lain
yang cukup kompleks. Faktor-faktor penyebab rendahnya kualitas transportasi di
Indonesia adalah :
1.
Dana pengadaan atau peremajaan fasilitas transportasi yang tidak mencukupi
2.
Kurangnya pengawasan dari pemerintah atau pihak yang berkewajiban
3.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas sarana dan
prasarana transportasi
4.
Kurangnya disiplin masyarakat
Rendahnya kualitas fasilitas sarana maupun prasarana transportasi darat
yang umum terjadi adalah:
a)
Kerusakan jaringan jalan
Kerusakan jaringan jalan dapat mengakibatkan kemacetan atau bahkan
kecelakaan lalu lintas bila tidak segera ditangani dengan baik. Kerusakan
jaringan jalan bisa berasal dari struktur perkerasan jalan yang sudah tidak
mampu menampung beban atau akibat bencana alam seperti pengikisan lapisan jalan
akibat banjir, tertutupnya akses jalan akibat tanah longsor dan lain
sebagainya.
Daerah yang biasanya sering ditemui
memiliki permalasalahan kerusakan jalan adalah daerah pedesaan,hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah pada kawasan pedesaan dan lebih
terfokus pada permasalahan di perkotaan yang memang lebih kompleks.
Berdasarkan masterplan transportasi darat
tahun 2005, Kerusakan jalan mengindikasikan kondisi struktural dan fungsional
jalan yang sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap
pengguna jalan, seperti ketidaknyamanan dan ketidakamanan pengguna jalan
mengemudikan kendaraan di atas permukaan jalan yang bergelombang dan licin.
Beberapa faktor penyebab kerusakan jalan
1.
Peningkatan beban
Lalu lintas kendaraan yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi
beban. Makin banyak beban berulang yang terjadi, makin besar tingkat kerusakan
jalan. Kerusakan terjadi jika daya dukung perkerasan lebih kecil dari beban
lalu lintas.
2.
Air
Air yang berasal dari air hujan dan naiknya air tanah akibat sifat
kapilaritas. Makin buruk penanganan sistem drainase, makin besar peluang air
untuk merusak konstruksi jalan.
3.
Material konstruksi perkerasan
Makin banyak kesalahan dalam pemilihan dan perencanaan material konstruksi
maka makin mempercepat kerusakan jalan.
4.
Kondisi tanah dasar yang tidak stabil
Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik atau sifat
asli tanah dasarnya memang kurang baik.
5.
Iklim dan cuaca
Indonesia beriklim tropis dimana temperatur udara rata-rata 32oC
yang memberikan dampak terhadap keamanan aspal yang akhirnya berdampak terhadap
jalan keropos serta curah hujan yang tinggi yang akan masuk ke lubang-lubang
udara (voids) perkerasan jalan.
6.
Proses pemadatan perkerasan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu faktor saja,
tetapi merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengkait, sebagai contoh,
retak pinggir pada awalnya disebabkan beban lalu lintas parkir/berhenti serta
pemadatan waktu pelaksanaan yang kurang sempurna. Dengan terjadinya retak-retak
tersebut, memungkinkan air meresap masuk ke lapisan di bawahnya yang melemahkan
ikatan antara aspal dan agregat sehingga akan memperluas retak-retak, yang
akhirnya menimbulkan pelepasan batuan
6.
Rendahnya Kualitas Angkutan Umum Darat
Apabila angkutan umum darat Indonesia
dibandingkan dengan angkutan umum di negara-negara tetangga, maka hasilnya akan
sangat jauh tertinggal, ketika Jepang sudah menggunakan shinkansen, maka
kualitas perkeretaapian di Indonesia masih mengenaskan. Salah satu kemunduran
Kereta api Indonesia dibuktikan pada tahun 1939, panjang rel mencapai 6.811
kilometer, tetapi pada tahun 2000, rel warisan Belanda itu susut menjadi
tinggal 4.030 km, atau turun 41%. Begitu pula dengan sarana pendukungnya
seperti jumlah stasiun pemberhentian kereta. Pada 1955, jumlah stasiun mencapai
1.516 buah. Dalam kurun setengah abad, jumlah itu merosot 62% menjadi tinggal
571 stasiun. Faktor terpenting dari kereta ialah lokomotif, lokomotif kereta
api indonesia dari 341 unit lokomotif yang ada pada 2008, hampir seluruhnya,
sekitar 82%, sudah tua dengan umur antara 16-30 tahun. sedangkan hal tersebut
sangat berbanding terbalik dengan negara maju, seperti Jepang dan negara-negara
Eropa, umur ekonomis kereta api guna menjamin keselamatan penumpang maksimal
adalah 5-10 tahun (sumber:http://regional.kompasiana.com/2010/10/20/kondisi-kereta-api-indonesiahuman-errortechnical-error/)
Berdasarkan mastreplan transportasi darat tahun 2005, beberapa ancaman
serius bagi moda transportasi angkutan umum adalah :
1.
Semakin mudahnya proses pemilikan kendaraan pribadi baik mobil maupun
sepeda motor dengan iming-iming bunga ringan, uang muka kecil serta menawarkan
hadiah langsung yang sangat menarik membuat berbagai keputusan dan pertimbangan
yang diambil masyarakat untuk membeli ditunjang dengan masih lemahnya peran
regulator serta layanan yang di berikan oleh operator angkutan umum yang
terbilang masih belum memuaskan.
2.
Kemudahan pengurusan Surat Ijin Mengemudi bahkan di sebagian besar
kota–kota di Indonesia untuk mendapat SIM cukup membayar jasa calo ataupun
koneksi orang dalam. Di negara-negara maju bahkan negara tetangga seperti
Singapura, peran regulator (pemerintah) sangat besar artinya bagi proteksi
penyediaan jasa angkutan umum serta regulasi yang amat ketat bagi kepemilikan
SIM dan kendaraan. (Studi Kebijaksanaan Harga Jasa Angkutan Penumpang, 2001).
7. Pemakaian Kendaraan
Pribadi
Lalu lintas di Jakarta didominasi oleh
kendaraan pribadi, jumlah angkutan umum (bus) hanya 4%, sepeda motor 67%, mobil
pribadi 23% (Polda Metro Jaya, 2006). Pertumbuhan kendaraan dalam lima tahun
terakhir mencapai 9.5% per tahun (paparan Dirjen Bina Marga ke KKPPI tanggal 18
Desember 2007). Proporsi volume lalu lintas pada beberapa koridor utama adalah:
sepeda motor 60%, sedan 32%. Angkutan umum (mobil penumpang umum-MPU, bus
sedang, dan bus besar) 5% (Kedeputian V Menko Perekonomian, 2007).
Dominasi kendaraan pribadi ini tentu menjadi faktor terjadinya permasalahan
lain sepeti kemacetan lalu lintas serta peningkatan pembuangan limbah kendaraan
ke udara yang bisa mengakibatkan pemanasalan global. Tingginya
angka kepemilikan ini didasari permasalahan transportasi yang lain yaitu
rendahnya kualitas angkutan umum yang ada di Indonesia. Hal ini menyebabkan
masyarakat lebih memilih untuk membeli kendaraan pribadi daripada mengendarai
angkutan umum yang dianggak kurang nyaman. Pemakaian Masyarakat yang enggan
menggunakan angkutan umum, dikaarenakan kualitasnya yang rendah serta beberapa
alasan lainnya, seperti pengeluaran yang yang bisa lebih sedikit bila
menggunakan kendaraan pribadi daripada ketika menggunakan angkutan umum.
Tingginya kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia tentu akan
menimbulkan permasalahan yang jauh lebih kompleks dan jangkauannya luas,
seperti polusi udara ang bisa menganggu atau merugikan penduduk tidak hanya
yang ada di daerah tersebut namun juga di daerah lain, kemudian dengan
banyaknya penduduk yang memiliki kendaraan pribadi, tentu akan menimbulkan kemacetan
karena tidak didukung oleh peningkatan kapasitas jaringan jalan.
Rendahnya kualitas jalur pedestrian juga menjadi faktor mengapa orang lebih
memilih membeli kendaraan pribadi, karena mereka khawatir dengan keamanan
maupun merasa tidak nyaman menggunakan jalur pejalan kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar